Pocong Itu Ikut Pulang Kerumah

Pocong Itu Ikut Pulang Kerumah

Nama saya Ari, saya bekerja sebagai karyawan disalah satu perusahaan terkenal. Pada hari ini pekerjaan saya sangat banyak sekali, karena memang sudah dua hari saya tidak masuk bekerja karena sakit. Seperti biasa saya bekerja selalu di temani Amid salah satu rekan kerja saya yang kebetulan bekerja di sebalah meja kerja saya.

Di Kantor

“Bro apa kabar”? “Sudah sehat”? (tanya Amid sambil menepuk bahu kanan saya). Saya pun menjawab, “Sehat bro”. “Sepertinya malam ini gua gak bisa temani lu lembur, karena gua harus pulang cepat ada acara keluarga” ( kata Amid ). Saya pu menjawab, “Santai aja bro, lagian juga gua udah sehat”. seperti biasa saya dan Amid pun membicarakan masalah pekerjaan.

Waktu pun terus berjalan, sehingga tepat Pukul 5 sore Amid dan karyawan lain pulang, sehingga tinggalah saya sendiri besama security yang bekerja shift malam. Karena terlalu banyak kerjaan yang menumpuk dan harus selesai, waktu pun tak terasa sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sehingga saya harus istirahat dan mencari makan di luar kantor.

Pukul 8 malam saya sudah kembali lagi ke kantor dan seperti biasa mengerjakan tugas kantor yang masih menumpuk. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan kerjaan saya pun sudah hampir selesai. Karena saya tidak ingin sakit lagi, akhirnya saya memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pekerjaan saya besok pagi. Saya pun langsung merapikan tempat kerja saya dan bergegas pulang ke kosan.

Ketika saya sampai di parkiran motor, tiba-tiba saja hujan deras, saya pun langsung lari menuju ke pos security untuk berteduh agar tidak kehujanan. Sambil menunggu hujan saya pun mengobrol dengan security yang sedang bekerja shift malam di pos itu.

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 11.30 malam dan hujan pun masih rintik-rintik. Karena besok saya harus masuk pagi, saya pun terpaksa pulang walaupun hujan masih rintik-rintik. Jarak dari kantor kekosan kira-kira memakan waktu kurang lebih 1 jam. Itu pun karena sudah malam dan tidak macat dijalan.

Ketika Pulang

Seperti biasa, saya pulang selalu melawati jalan perumahan yang masih sedikit sepi dan masih ada bangunan kosong, serta kavling-kavlin yang kosong yang banyak di tumbuhi pohong pisang. Ketika sampai di jalan tersebut, tiba-tiba saja lampu depan sepeda motor saya mati, sehingga saya memberhentikan sepeda motor saya dan mengecek. Ketika saya turun dari sepeda motor dan mengecek lampunya, tiba-tiba saja saya mencium bau busuk yang sangat menyengat.

Saya pun tidak merasa heran karena terkadang bau busuk itu bisa saja bangkai tikus yang ada di pinggir jalan atau di selokan. Setelah saya cek ternyata lampu depan sepeda motor saya putus dan harus di ganti dengan yang baru. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan pulang walaupun lampu depan sepeda motor saya mati.

Ketika saya menaiki motor kembali tiba-tiba saja bulu kuduk saya merinding dan bau busuk pun semakin menyengat. Akhirnya tanpa pikir panjang, saya pun langsung menghidupkan mesin sepeda motor saya dan melanjutkan pulang. Di sepanjang perjalanan saya mencium bau busuk, sehinga membuat saya ingin muntah.

Di Warung Kopi

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dan membeli teh manis hangat warung kopi yang masih buka 24 jam. Saya pun langsung memparkirkan motor di dekat warung kopi tersebut, sangat dekat dengan warungnya agar terlihat dengan saya ketika sedang minum teh manis hangat. “Mau beli apa Mas”? (tanya penjaga warung kopi tersebut). Saya pun menjawab, “Mau beli teh manis hangat pak”. Tunggu sebentar ya mas, saya langsung buatkan” (jawab petugas warung kopi tersebut).

Beberapa menit kemudian, anak si penjaga warung kopi itu terbangun minta susu dan menanyakan ibunya. Ternyata bapak si penjaga warung kopi tersebut tinggal dan tidur di warung kopinya bersama istri dan anaknya. Anaknya pun bergegas keluar dan minta susu sekaligus menanyakan ibunya. “Ayah dede minta susu, ibu mana yah” (tanya si anak kecil itu kepada ayahnya dengan nada-nada anak kecil yang sedang belajar bicara). Anak si bapak ini kira-kira sekitar 2 tahun. “Tunggu ya de, nanti di buatkan sama ibu, ibu lagi di dapur lagi cuci piring”, (jawab ayahnya).

Karena saya memparkirkan motor dekat sekali dengan warung tersebut dan terlihat dari dalam warung, tiba-tiba saja anak kecil tersebut menangis dan menunjuk kearah motor saya, sambil bilang “Ayah takut, takut, takut ada yang seram di motor itu”( sambil menangis ). Sontak saja ayahnya dan saya heran dan bertanya-tanya sambil melihat ke arah motor saya. Lalu mendengar anaknya menangis ibunya langsung menghampiri anaknya dan membawanya masuk, sambil berkata “ayo de masuk, nanti ibu buatin susunya di dalam”(kata ibunya sambil menggendong anaknya kedalam yang sedang menangis ketakutan).

Saya pun tidak bisa berkata apa-apa dan langsung membayar teh manis tersebut. “Berapa pak teh manis hangatnya?” (tanya saya). “Tiga ribu saja mas” (jawab si bapak penjaga warung). saya langsung memberikan uangnya tersebut kepada bapak itu. Lalu bapak itu berkata, “Terima kasih mas” (sambil mengambil uangnya). “Sama-sama Pak” (jawab saya). Saya pun langsung menghidupkan mesin motor saya dan bergegas pulang.

Sampai Kosan

Sepanjang perjalanan dari warung kopi tersebut, bau busuk itu tidak hilang juga dan bulu kuduk juga merinding sampai di kosan. Saya ngekos berdua dengan teman saya yang bernama Ardi. Sampai di kosan bau itu tidak hilang juga dan tiba-tiba saja bahu terasa berat. Saya pun jadi merasa heran dengan bau tersebut. Sampai di depan pintu kos saya langsung membuka pintu kos, karena saya punya kunci duplikatnya. Saya langsung bergegas kekamar mandi dan langsung mandi, untuk menghilangkan bau busuk itu.

Selesai mandi, saya langsung memakai baju dan seperti biasa selalu mengeringkan rambut dengan handuk, dengan cara mengosok-gosokan rambut dengan handuk di depan cermin. Tiba-tiba saja saya terkejut melihat dari cermin, tepat dibelakang saya ada pocong sedang berdiri dengan muka yang sangat menyeramkan. Sontak saya langsung berteriak dan lari ke kasur sambil menindih Ardi yang sedang tidur pulas. Si Ardi pun langsung bangun dan kaget sekaligus marah karena kesakitan di tindih dengan saya.

Ardi pun langsung bertanya, dan heran melihat muka saya yang pucat dan ketakutan serta gemetar.
Saya tidak bisa berkata apa-apa dan gemetar, karena merasa sangat ketakutan. Ardi langsung coba menenangkan saya dan mengambil air, tetapi saya masih takut dan belum bisa berbicara, sambil terpatah-patah saya bicara “po po po pocong”. Ardi kaget dan merasa takut juga, lalu si Ardi melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an.

Setelah selesai melantunkan bacaan ayat-ayat suci Alqur’an, baru saya bisa merasa tenang dan bisa berbicara menceritakan semuanya kepada Ardi, kejadian-kejadian yang aneh yang baru saja saya alami dari perjalanan pulang sampai ke kosan.

Keywords: cerita hantu pocong, cerita setan pocong, pocong

Baca Juga:

Share: